Sunday, September 25, 2016

Lumpia yang Aneh dari Bandung

Siapa yang tidak kenal  Lumpia, makanan khas kota semarang, Jawa Tengah. Lumpia sudah dikenal sejak abad 19 di Semarang dan pada tanggal 17 Oktober  2014, lumpia ditetapkan sebagai warisan budaya nasional. Maka tidak heran jika Semarang  disebut juga kota lumpia.

 Lumpia merupakan asimilasi kuliner Cina dan Jawa dengan irisan rebung (tunas bambu muda) yang diolah dengan bumbu-bumbu dan bahan lain seperti suwiran ayam, udang, atau telur sehingga memiliki cita rasa yang cenderung manis. Kemudian isian tersebut  dibungkus dengan kulit yang terbuat dari adonan tepung dan telur hingga berbentuk seperti  gulungan.  Kita dapat menikmatinya langsung tanpa digoreng (lumpia basah) atau melalui proses sekali lagi yaitu digoreng, sehingga kulit lumpia menjadi garing dan berwarna kecoklatan (lumpia goreng).

Selain di Indonesia, lumpia juga dikenal di negara lain, seperti di Filipina dan Vietnam. Tentunya dengan cita-rasa khas negara masing-masing. Di vietnam lumpia dikenal dengan nama spring roll, karena bentuknya yang digulung.

Image result
spring roll vietnam, sumber : vietnamesefood.com

Sewaktu jalan-jalan ke Bandung, tiba-tiba turun hujan di depan gedung sate. Kebetulan ada banyak makanan yang dijajakan di depannya. Mata saya tertuju pada pedagang lumpia. Pikiran saya langsung membayangkan lumpia goreng sangat nikmat dinikmati hangat kala hujan. Maka saya segera menghampiri dan minta dibuatkan lumpia.

Abang penjualnya langsung membuatkan pesanan saya, menyalakan kompor yang ada di gerobaknya, lalu meletakkan wajan di atasnya. Wah seru juga digoreng dadakan.

Semula saya pikir kompor itu untuk menggoreng lumpia yang sudah digulung dengan kulit, namun yang dilakukan abang penjualnya adalah menumis isian lumpia yang terdiri dari telur, tauge, dan sepertinya sedikit kwetiaw. Wah aneh juga karena proses menumisnya dilakukan saat ada pembeli yang memesan, karena akan menghabiskan waktu.

Setelah tumisan selesai, abang penjual mengambil wadah makanan dari stereofoam kemudian meletakan kulit lumpia diatasnya dan dibiarkan melebar, lalu menaruh isian yang baru selesai ditumis ke atas kulit lumpia. Makanan itu langsung diberikan kepada saya. Hah, udah nih makanannya selesai kan kulit lumpianya belum digulung.

Karena tahu bentuk lumpia adalah gulungan saya jadi merasa aneh sendiri dengan lumpia ini. Ditambah lagi abangnya memberikan saya sumpit, jadi seperti memakan kwetiaw goreng yang togenya kebanyakan. Fungsi kulitnya sebagai apa karena hanya diletakkan begitu saja. Saya menyangsikan kematangan kulit lumpianya, karena itu adalah model kulit lumpia kering yang dijual di pasaran. Saya dan teman tertawa melihat lumpia di hadapan kami, baru kali ini memakan lumpia model begini.


Pas lihat -lihat lagi gerobaknya, di kacanya ada tulisan lumpia Bandung. Ooooo saya mengerti ini adalah model lumpia Bandung.  Bandung meracik sendiri jenis lumpianya dengan kekhasannya sendiri yang menurut saya beda jauh dari lumpia Semarang. Tapi menurut saya sih sah saja setiap daerah memiliki lumpia khas daerahnya, meskipun menurut saya aneh. Untuk namanya lumpia Bandung, kalau namanaya lumpia Semarang dengan bentuk yang seperti itu, malah lebih aneh lagi.
<

No comments :

Post a Comment