Siapa yang tidak kenal
Lumpia, makanan khas kota semarang, Jawa Tengah. Lumpia sudah dikenal
sejak abad 19 di Semarang dan pada tanggal 17 Oktober 2014, lumpia ditetapkan sebagai warisan
budaya nasional. Maka tidak heran jika Semarang disebut juga kota lumpia.
Lumpia merupakan
asimilasi kuliner Cina dan Jawa dengan irisan rebung (tunas bambu muda) yang
diolah dengan bumbu-bumbu dan bahan lain seperti suwiran ayam, udang, atau
telur sehingga memiliki cita rasa yang cenderung manis. Kemudian isian tersebut
dibungkus dengan kulit yang terbuat dari
adonan tepung dan telur hingga berbentuk seperti gulungan. Kita dapat menikmatinya langsung tanpa
digoreng (lumpia basah) atau melalui proses sekali lagi yaitu digoreng,
sehingga kulit lumpia menjadi garing dan berwarna kecoklatan (lumpia goreng).
Selain di Indonesia, lumpia juga dikenal di negara lain,
seperti di Filipina dan Vietnam. Tentunya dengan cita-rasa khas negara
masing-masing. Di vietnam lumpia dikenal dengan nama spring roll, karena bentuknya
yang digulung.
spring roll vietnam, sumber : vietnamesefood.com |
Sewaktu jalan-jalan ke Bandung, tiba-tiba turun hujan di
depan gedung sate. Kebetulan ada banyak makanan yang dijajakan di depannya.
Mata saya tertuju pada pedagang lumpia. Pikiran saya langsung membayangkan lumpia
goreng sangat nikmat dinikmati hangat kala hujan. Maka saya segera menghampiri
dan minta dibuatkan lumpia.
Abang penjualnya langsung membuatkan pesanan saya,
menyalakan kompor yang ada di gerobaknya, lalu meletakkan wajan di atasnya. Wah
seru juga digoreng dadakan.
Semula saya pikir
kompor itu untuk menggoreng lumpia yang sudah digulung dengan kulit, namun yang
dilakukan abang penjualnya adalah menumis isian lumpia yang terdiri dari telur,
tauge, dan sepertinya sedikit kwetiaw. Wah aneh juga karena proses menumisnya dilakukan
saat ada pembeli yang memesan, karena akan menghabiskan waktu.
Setelah tumisan selesai, abang penjual mengambil wadah makanan dari stereofoam kemudian meletakan kulit lumpia diatasnya dan dibiarkan melebar, lalu menaruh
isian yang baru selesai ditumis ke atas kulit lumpia. Makanan itu langsung
diberikan kepada saya. Hah, udah nih makanannya selesai kan kulit lumpianya
belum digulung.
Karena tahu bentuk lumpia adalah gulungan saya jadi merasa
aneh sendiri dengan lumpia ini. Ditambah lagi abangnya memberikan saya sumpit,
jadi seperti memakan kwetiaw goreng yang togenya kebanyakan. Fungsi kulitnya
sebagai apa karena hanya diletakkan begitu saja. Saya menyangsikan kematangan
kulit lumpianya, karena itu adalah model kulit lumpia kering yang dijual di
pasaran. Saya dan teman tertawa melihat lumpia di hadapan kami, baru kali ini
memakan lumpia model begini.
Pas lihat -lihat lagi gerobaknya, di kacanya ada tulisan
lumpia Bandung. Ooooo saya mengerti ini adalah model lumpia Bandung. Bandung meracik sendiri jenis lumpianya dengan
kekhasannya sendiri yang menurut saya beda jauh dari lumpia Semarang. Tapi
menurut saya sih sah saja setiap daerah memiliki lumpia khas daerahnya,
meskipun menurut saya aneh. Untuk namanya lumpia Bandung, kalau namanaya lumpia
Semarang dengan bentuk yang seperti itu, malah lebih aneh lagi.
<
No comments :
Post a Comment